Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget HTML #1

Advertisement

Mitos orang Jawa tentang Jodoh, tresnoku kepenggak itungan jowo

Adat nikah orang Jawa - Apakah kalian pernah mendengar "tresnoku kepenggak itungan jowo" ? Bagi orang suku Jawa ( Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur ) yang masih memegang teguh adat dan budaya, tentunya memilih jodoh ada itung-itungannya.

Ada banyak hal yang diperhitungkan oleh orang tua maupun sesepuh, salah satunya tentang Pernikahan. Kita tahu sendiri jika pernikahan merupakan sesuatu yang sakral.

Bagi orang yang masih memegang teguh adat budaya Jawa ini, sebelum melangsungkan pernikahan, ada hitung-hitungannya, salah satunya perhitungan Weton. Menurut orang tua atau sesepuh, beberapa weton nantinya tidak bisa berjodoh atau tidak cocok.

Karena weton tersebut, beberapa orang gagal melangsungkan pernikahan. Dan tercetuslah kalimat, Tresnoku Kepenggak Itungan Jowo.

Mitos larangan Pernikahan Jawa

Mitos pernikahan orang jawa

Selain hitungan weton, ada beberapa lagi itung-itungan yang masih digunakan untuk melihat atau mengetahui kedua calon pengantin ini cocok apa tidak. Berikut ini Mitos orang jawa tentang Pernikahan dan Jodoh.

Posisi Rumah

Posisi rumah dari kedua pasangan ini menjadi salah satu hal yang diperhitungkan dalam adat jawa tentang pernikahan.

Di beberapa daerah di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jogja, calon pengantin dilarang menikah apabila rumah mereka saling berhadapan ( adu arep ).

Menurut kepercayaan para sesepuh, jika calon pengantin ini masih tetap menikah, maka yang dikhawatirkan akan tertimpa beberapa masalah didalam kehidupan rumah tangga mereka.

Apabila masih kekeh untuk menikah, salah satu solusinya adalah rumah dari salah satu calon pengantin tersebut direnovasi untuk diubah posisinya agar tidak berhadapan.

Selain itu, ada cara lain, yaitu salah satu calon pengantin dibuang dari keluarga, lalu diangkat oleh kerabat atau saudara mereka yang posisi rumahnya tidak berhadapan dengan pasangannya.

Maksud dibuang disini bukan berarti benar-benar dibuang, melainkan hanya simolis saja, yang artinya salah satu calon pengantin sementara waktu menginap dirumah saudaranya dalam beberapa waktu tertentu.

Pernikahan Siji jejer Telu

Pernikahan siji jejer telu adalah pernikahan anak pertama dengan anak pertama, dan salah satu orang tua mereka juga anak pertama di keluarganya. Jika pernikahan ini masih tetap dilangsungkan, sebagian masyarakat suku jawa percaya bahwa pernikahan ini akan mendatangkan malapetaka dan sial.

Baca Juga: Pengertian nderek mangayubagyo

Pernikahan Jilu / Lusan (Siji karo Telu / Katelu dan Sepisan)

Jilu atau Siji Telu, dalam bahasa Indonesia artinya Satu Tiga. Angka 13 ternyata dianggap sebagai angka pembawa sial.

Dalam tradisi Jawa, jika calon pasangan yang akan menikah ( anak pertama dengan anak ketiga ), sebaiknya dihindari.

Jarang ada yang berani melanggar aturan ini, namun masih ada yang melakukan pernikahan ini meskipun masuk dalam hitungan Lusan. Mereka percaya jika pernikahan ini akan mendatangkan banyak masalah dan cobaan di dalamnya apabila masih dilangsungkan.

Perbedaan karakter yang jauh dari anak pertama dan anak ketiga juga dijadikan pertimbangan kenapa pernikahan ini sebaiknya dihindari. Hitungan Siji Telu ini juga berlaku dalam status salah satu calon pengantin.

Artinya pernikahan untuk anak dari keluarga yang baru saja memiliki acara menikahkan untuk pertama kali dengan anak dari keluarga yang sudah memiliki acara menikahkan anaknya untuk ke tiga kalinya. ( janda 2 kali dengan perjaka atau duda 2 kali dengan perawan )

Menikah di Bulan Suro (Muharram)

Bagi yang tinggal di Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur, pastinya akan sangat jarang menemui orang menikah dibulan suro. Sebab menikah di bulan Suro atau Muharram memang  harus dihindari.

Di bulan Suro ini dipercaya sebagai bulan keramat, sehingga jangan sampai untuk menggelar hajatan pernikahan. Jika larangan ini dilanggar, mereka percaya akan datang malapetaka atau musibah bagi pasangan dan keluarga yang menggelar pernikahan tersebut.

Pernikahan Ngalor-Ngulon

Adat jawa tentang pernikahan ngalor ngulon adalah jika salah satu rumah calon pengantin arahnya Ngalor ngulon ( ke utara dan ke barat), dan jika diambil garis lurus dari rumah salah satu calon pengantin ke pasangan nya, maka menunjukkan arah Ngalor Ngulon atau Utara - Barat ( melenceng ).

Melangkahi atau mendahului Kakak

Jika menikah lalu mendahului saudara yang lebih tua ( misalnya adik menikah dulu sebelum kakak nya menikah ), maka menurut para orang tua atau sesepuh, akan menyebabkan pernikahan mereka diterpa kesusahan karena dianggap melanggar urutan atau antrian.

Terlebih apabila kakak merasa sakit hati karena telah di dahului oleh adiknya. Namun jika yang mendahului adalah adik perempuan ( kakaknya pria ) itu dianggap masih bisa.

Penutup

Itulah beberapa Larangan Pernikahan dan Mitos orang Jawa tentang Jodoh. Benar maupun tidak semua larangan tersebut, namun sebagian masyarakat tidak berani melanggar aturan aturan tersebut dan masih menghormati tradisi dan budaya jawa.

Baca Juga: Ucapan selamat menikah Bahasa Jawa

Baca Juga : Kata kata Idul Adha

Advertisement